Pasokan Minyak AS Meningkat Harga Minyak Dunia Kembali Melemah

Harga minyak dunia kembali turun karena pelaku pasar hati-hati melakukan pembelian setelah pasokan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik mendekati level US$56,81 per barel, dengan kekhawatiran pasokan minyak mentah yang tinggi dari produsen minyak yang tergabung dalam OPEC mengimbangi data hari sebelumnya yang menunjukkan permintaan bensin AS.


Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun US$0,2 atau 0,3 persen menjadi US$63,49 per barel. Sementara minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,39 atau 0,7 persen menjadi US$56,81 per barel. Data Badan Administrasi Informasi Energi AS (Energy Information Administration/EIA) mencatat, produksi minyak mentah naik menjadi 9,62 juta barel per hari (bph) selama sepekan terakhir. Ini merupakan produksi mingguan tertinggi yang menyamai rekor produksi pada kisaran tahun 1983. 

EIA juga mencatat, stok minyak mentah meningkat sekitar 2,2 juta barel. Data ini mengejutkan perkiraan analis yang memperkirakan pengurangan stok hingga 2,9 juta barel.  Begitu juga dengan laporan Institusi Minyak AS (American Petroleum Institute/API) yang memprediksi penurunan pasokan sebesar 1,6 juta barel. Tak hanya dari Negeri Paman Sam, sentimen melemahnya harga minyak juga terpengaruh permintaan dari China. Tercatat, permintaan impor Negeri Tirai Bambu itu turun menjadi 7,3 juta bph. 

Padahal, menurut data Administrasi Umum Bea Cukai AS (General Administration of Customs) permintaan impor China sempat mencatatkan angka tertinggi mencapai 9 juta bph pada September lalu. Lalu, masih ada pula sentimen dari ketegangan di Timur Tengah antara dua Negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Pertroleum Exporting Countries/OPEC), yaitu Arab Saudi dan Iran, terkait konflik di Yaman. 

Analis memperkirakan, harga minyak mentah dalam beberapa waktu ke depan masih akan dipengaruhi oleh konflik-konflik geopolitik yang terjadi belakangan ini. “Fundamental minyak dan arus masuk investor yang lebih kuat telah menjadi katalisator untuk kenaikan harga minyak, namun yang memberikan dukungan sekarang adalah beberapa risiko geopolitik yang membayangi pasar minyak untuk sementara waktu,” ujar analis di Citi.