Beberapa hari yang lalu perusahaan industri asal AS General Electric (GE) dikabarkan akan memangkas 12.000 karyawan. Pemangkasan karyawan tersebut mencapai 18 persen dari jumlah karyawan global perusasaan GE pada divisi bisnis listrik. Pihak GE pun menyatakan bahwa untuk mengambil keputusan tersebut pun sangat sulit namun harus dilakukan.
Pasalnya, GE harus menghemat biaya sebesar 1 miliar dollar AS, sejalan dengan permintaan pembangkit listrik berbahan dasar fosil semakin berkurang berganti ke energi baru dan terbarukan (EBT). GE berencana memangkas 1.100 posisi pekerjaan pada bisnis listrik di Inggris, khususnya yang berlokasi di Stafford dan Rugby. Selain itu, pemangkasan jumlah karyawan juga akan dilakukan di Swiss dan Jerman, masing-masing sebesar sepertiga dan seperenam.
Pengurangan jumlah karyawan merupakan bagian dari strategi restrukturisasi yang dicanangkan CEO baru GE, John Flannery. Ia menduduki jabatan tersebut sejak Agustus 2017 lalu. "Pasar listrik tradisional, termasuk (tenaga) gas dan batu bara telah berkurang," ujar pihak GE.
Pada kuartal III 2017, pendapatan GE merosot 5 persen menjadi 1,8 miliar dollar AS. Ini disebabkan lemahnya bisnis listrik dan migas. GE Power, lini bisnis terbesar GE, memiliki lebih dari 55.000 orang karyawan di seluruh dunia. Anak usaha GE tersebut memproduksi turbin, generator, dan berbagai jenis perlengkapan pembangkit listrik lainnya.
"Keputusan ini menyakitkan, namun perlu dilakukan oleh GE Power untuk merespon disrupsi pada pasar, yang menyebabkan rendahnya volume produksi dan layanan. Rencana ini membuat kami lebih ramping dan kuat," ujar Russell Stokes, Presiden dan CEO GE Power.