Impian Sukanto Tanoto Dari Royal Golden Eagle (RGE)

Seringkali sebuah negara dikenal karena produk yang dihasilkannya. Indonesia seharusnya juga seperti itu. Itulah yang diimpikan oleh pengusaha Sukanto Tanoto ketika mendirikan Royal Golden Eagle (RGE).

Sulit dimungkiri bahwa identitas sebuah bangsa sering berkaitan dengan produk yang dibuat. Contoh yang ada sangat banyak. Jerman misalnya. Negeri ini sering dikenal dengan berbagai jenis mesin kuat yang dibuatnya. Italia tak berbeda. Deretan merek mobil mewah yang dihasilkannya membuat mereka dikenal. Sementara itu, Amerika Serikat identik dengan beragam produk teknologi seperti merek Apple dan Microsoft.

Sukanto Tanoto tahu persis hal tersebut. Maka, ia tergerak untuk mampu membuat citra tersendiri agar Indonesia bisa dikenal di dunia. Langkah yang dilakukannya ialah membuat produk berkualitas dari Royal Golden Eagle.

Bisnis Royal Golden Eagle kini sangat beragam, jauh berbeda dibanding saat didirikan pada 1973. Saat itu, Sukanto Tanoto mendirikannya dengan nama Raja Garuda Mas untuk memayungi bisnis kelapa sawit yang diterjuninya.

Impian Sukanto Tanoto Dari Royal Golden Eagle (RGE)

Kini, industri yang digelutti oleh Royal Golden Eagle telah bertambah banyak. Mereka juga terjun ke dalam bisnis pulp and paper, selulosa spesial, viscose staple fibre, serta pengembangan energi.

Tentu saja itu memperlihatkan sayap bisnis Royal Golden Eagle yang melebar. Ada banyak anak perusahaan yang bernaung di bawah mereka. Seberapa besarnya bisnis yang dirintis oleh Sukanto Tanoto ini terlihat dari nilai aset dan jumlah karyawannya. Diperkirakan RGE kini senilai 18 miliar dollar Amerika Serikat dengan karyawan sebanyak 60 ribu orang di seluruh penjuru dunia.

Perkembangan itu memaksa RGE bertransformasi. Maka, pada 9 September 2009, Sukanto Tanoto memutuskan perubahan nama Raja Garuda Mas menjadi Royal Golden Eagle. Hal itu dirasa harus dilakukan untuk menjawab misi dan kenyataan bahwa mereka sekarang sudah menjadi pemain global dalam industri pemanfaatan sumber daya alam.

Kondisi inilah yang semakin menyemangati pengusaha Sukanto Tanoto untuk menjadikan RGE sebagai kebanggaan Indonesia. Cara yang dilakukan ialah menghasilkan produk-produk berkualitas agar kemampuan pengusaha dalam negeri diakui di level global.

“Saya ingin ada produk Indonesia yang dibanggakan di dunia. Kalau orang bicara Jepang pasti ingat Toyota, kalau bicara Korea Selatan ingat Samsung. Indonesia juga harus punya yang seperti itu. Harus ada produk yang bisa mendunia,” ujar Sukanto Tanoto.

Ada banyak produk yang dihasilkan oleh RGE. Namun, terdapat satu contoh yang bisa dikedepankan, yakni dari salah satu anak perusahaannya yang bergerak dalam industri pulp and paper.

Dalam bisnis itu, Royal Golden Eagle memiliki anak perusahaan APRIL Group. Dari unit bisnisnya, PT Riau Andalan Pulp & Paper, mereka memproduksi salah satu merek kertas ternama Paper One.

Produk ini merupakan nama besar dalam kertas premium. Paper One begitu dikenal karena kualitasnya yang tinggi. Kertas ini tidak mudah kotor sehingga tidak gampang tembus saat dipakai untuk mencetak.

Prodigi HD Teknologi yang digunakan kala membuat Paper One membuat produk ini memang berkualitas. Warna yang timbul sempurna saat digunakan untuk mencetak. Selain itu, kertas cepat kering dan cetakan tidak akan luntur.

Berkat beragam kualitas itulah, Paper One menjadi salah satu merek kertas terlaris. Mereka bahkan telah dipasarkan ke 70 negara. Pencapaian itu tidak akan mungkin terjadi tanpa mutu baik dari produk yang dihasilkan oleh Royal Golden Eagle tersebut.

Tak aneh, Sukanto Tanoto sangat membanggakannya. Ia memang ingin menjadikan produk buatan perusahaannya sebagai cara mengenal bangsa Indonesia.

Kebetulan untuk menghasilkan kertas memang dibutuhkan kondisi tertentu. Sebagai bahan baku dibutuhkan bubur kayu. Hal itu hanya diperoleh dari menumbuhkan pohon dalam perkebunan.

Indonesia punya segala yang dibutuhkan. Tanahnya subur dan luas dengan matahari bersinar sepanjang tahun. Ini membuat pohon akasia yang menjadi bahan baku kayu bisa tumbuh dengan cepat. Dalam jangka waktu lima hingga enam tahun, akasia sudah bisa dipanen. Ini jauh berbeda jika dibanding dengan kawasan empat musim. Di sana panen baru bisa dilakukan dalam jangka waktu 20 hingga 40 tahun.

Tak aneh, pengusaha Sukanto Tanoto begitu membanggakan Paper One. Ia memandangnya sebagai salah satu produk yang layak membanggakan Indonesia.

“Ini semua dari kayu, tapi datangnya dari mana? Dari luar? Kan tidak, tapi mulai dari dalam kami tanam pohon dan mengelola sebaik mungkin sampai bisa digunakan untuk semua jenis produk kehidupan sehari-hari. Jadi kalau bisa Paper One berkembang sebagai produk kebanggaan Indonesia di luar,” ujar Sukanto Tanoto.

Selain Paper One, masih banyak lagi produk Royal Golden Eagle yang menembus pasar dunia. Jika tidak, mana mungkin mereka bisa beroperasi di mancanegara dengan mudah. Perlu diketahui, saat ini RGE memiliki cabang hingga Malaysia, Singapura, Filipina, Brasil, Finlandia, hingga Kanada.

Dalam mengembangkan RGE, Sukanto Tanoto rupanya tidak ingin sekadar mencari profit atau kebanggaan sendiri belaka. Ini juga ingin grup yang pernah bernama Raja Garuda Mas itu mampu memberi manfaat kepada pihak lain, khususnya negara dan masyarakat.

Untuk mewujudkannya, Sukanto Tanoto secara khusus bahkan merancang panduan kerja bagi perusahaannya. Ia menggariskan prinsip 5 C sebagai arahan kerja dalam RGE.

Pada dasarnya, prinsip kerja 5C dimaksudkan agar operasi Royal Golden Eagle bisa berguna bagi pihak lain. Ia mewajibkan semua pihak di bawah naungan RGE supaya memberi manfaat kepada konsumen dan perusahaan sendiri. Namun, selain itu, mereka juga wajib berkontribusi positif bagi masyarakat, negara, hingga aktif dalam menjaga keseimbangan iklim.

Hal itu sudah dipraktikkan dengan baik oleh sejumlah anak perusahaan RGE. Mereka berlomba-lomba memberikan manfaat kepada pihak lain. Asian Agri misalnya. Lini bisnis RGE yang bergerak dalam industri kelapa sawit ini meluncurkan beragam program pengembangan masyarakat untuk para petani yang dinamai Program Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit.

Dalam kegiatan ini, hasil kelapa sawit dimaksimalkan untuk kepentingan petani. Limbah hasil produksi bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Petani diajari dan diberi dukungan modal untuk beternak sapi dengan baik. Hal ini sangat mendukung kehidupan petani karena memiliki tambahan penghasilan dari peternakan sapi.

Lain lagi yang dilakukan oleh APRIL Group. Keberadaan mereka ternyata terbukti mampu memajukan daerah yang ditempati. Hal itu terungkap sesudah Unit Penelitian Ekonomi dan Sosial Universitas Indonesia melakukan riset tentang APRIL.

Diketahui bahwa keberadaan APRIL meningkatkan perekonomian Riau hingga 6,9 persen. Selain itu, pendapatan provinsi tersebut ikut melonjak 2,26 kali lipat berkat lini bisnis RGE yang bergerak dalam bidang pulp and paper tersebut.

Secara nyata, APRIL memang membuka kesempatan kerja yang besar bagi masyarakat. Total dua ribu peluang kerja terbuka di perusahaannya. Namun, ada 90 ribu kesempatan kerja yang muncul secara tidak langsung berkat APRIL.

Hal itu memperlihatkan RGE sudah mulai meraih hasil seperti yang diimpikan oleh Sukanto Tanoto. Perusahaan yang bernama Raja Garuda Mas ini mampu menjadi kebanggaan Indonesia berkat dua hal, yakni produknya yang mendunia serta kemampuan memberi manfaat kepada negara dan masyarakat.