Trik Agar Mendaki Gunung Tetap Aman dan Selamat

Bagi pecinta pegunungan memang paling seru saat liburan tiba adalah mendaki bersama teman-teman. Ketika sedang mendaki, seperti ada perasaan puas dan sensasi yang menimbulkan keseruan tersendiri bagi sipendaki. Mendaki gunung pun bukan hal yang mudah dilakukan apa lagi bagi pemula, ada trik dan cara mendaki agar tetap aman dan selamat hingga pulang. Cara khusus bagaimana urutan barisan saat pendakian agar meminimalisir kecelakaan, tersesat, bahkan korban jiwa. Akhir-akhir ini beberapa kasus kecelakaan di gunung disebabkan karena rombongan yang meninggalkan korban untuk demi mengejar puncak, korban pun tertinggal atau ditinggal dalam keadaan mengenaskan.


Anggota Senior Mountainering Wanadri, Djukardi ‘Bongkeng’ Adriana mengatakan, bagi pendaki pemula tidak akan terpikir sampai ke teknis pendakian yang aman dan nyaman, hanya agar sampai puncak. “Pemula itu karakternya tidak tahu harus bagaimana untuk melakukan pendakian yang aman dan nyaman, kemungkinan-kemungkinan terburuk di lapangan, tidak sejauh itu dia berpikir,” terangnya Ia pun membeberkan kiat-kiat yang kerap digunakannya bersama rekan-rekan saat melakukan pendakian. Mulai dari jumlah pendaki yang harus ganjil. “Karena saat kepepet untuk memutuskan sesuatu urgent di alam, jalan terakhirnya bisa dari suara terbanyak, itu harus ganjil,” kata pria yang kerap disapa kang Bongkeng di dunia pendakian. 

Selain itu fomasi rombongan saat mendaki juga penting. Ia merekomendasikan ada tiga lapis formasi dalam satu barisan. Pendaki posisi paling depan disebut rider. Ia harus cukup profesional dalam hal jalur dan navigasi. Tugasnya memastikan jalur yang akan dilewati dan meminimalisir tersesatnya rombongan. “Rider ini harus cukup profesional di jalur itu,kalau bisa yang sudah pernah naik di gunung itu,” kata pria ‘kepala lima’ yang kini sibuk meriset peralatan pendakian gunung salah satu brand ternama. Sedangkan lapisan paling belakang juga diisi orang yang profesional dalam pendakian gunung, dari kalangan tua yang cukup bijak, karena bertugas menjaga rombongan agar tak ada yang tertinggal. 

“Untuk yang pengalaman mendakinya cukup tinggi ditaruh di paling belakang, julukannya ya sapu bersih,” terang kang Bongkeng. Sedangkan posisi tengah diisi oleh para pemula, baik wanita maupun perempuan. Ada juga pendaki yang menerapkan formasi selang-seling antara yang berpengalaman dan pemula di posisi tengah ini. Menurut Djukardi, itu sah-sah saja, karena memang tidak ada aturan bakunya, hanya dari pengalaman pendakian. ”Kalau yang di tengahnya bebas aja, buat yang pemula tapi posisinya bebas, mau selang seling atau gimana,” pungkasnya.